Thursday, April 28, 2011

SAK KLERAPAN


Sak Klèrapan


Sudah saatnya Bahasa Malangan (osob Kiwalan & osob Ngalam) di dokumentasikan. Sejajar dengan bahasa gaul dan dialek lain, Bahasa Malang pun tidak kalah penting nya dengan semua itu. Bahkan, bahasa Malang merupakan bahasa kebanggan bagi orang Malang, orang yang nunut lahir di Malang, pernah tinggal di Malang atau mempunyai hubungan emosional dengan Malang. Kini, jika seseorang bertemu dengan orang Malang di ibu kota, di luar jawa sampai di luar negeri – mereka akan mengajak Boso Ngalaman, baik kiwalan maupun Osob Ngalam. Hal itu menandakan: pertama, Bahasa malang mulai dikenal di kalangan luas. Kedua, semua strata sosial masyarakat, dari kaum marjinal sampai pembesar di pemerintahan maupun bisnis, menganggap ada ke khasan dari bahasa Malang, sehingga orang ingin menuturkan sesuatu minimal mengucapkannya. Ketiga, sebagai simbul sebuah hubungan dan interaksi yang komunikatif; dengan menggunakan dialek khas dan “begengsi” ini, semua percakapan akan nyambung dan lancar.

Supaya lebih menyajikan bahasa Malangan secarah utuh, maka kamus ini menampilkan bahasa walikan (osob kiwalan) dan Bahasa Malang (osob Ngalam). Keduanya menyatu dan unik dibanding bahasa Jawa lainya – walaupun dasar kata nya tidak terlepas dari ujaran dan bahasa di seputar wilayah Malang. Sebagaimana kata dan bahasa tidak bisa dilepaskan dari keputusan yang arbitrer (sewenang-wenang), disini juga akan terlihat unsur kesewenangan itu terutama dalam bahasa lisan,   menyesuaikan dengan dinamika yang terjadi di masyarakat Malang atau yang menjiwai budaya Malang. Sekali lagi, Bahasa Malang mempunyai kekhasan, satu-satunya di dunia: ada prokem ada dialek ada sleng. Yang khas tidak terbantahkan karena sudah mengakar, misalnya ada kata sikim (pisau), naskim (nakam/makan), ojir (uang). Untuk kata UANG tidak lazim untuk langsung membalik kata menjadi ngau (uang), tetapi pakai istilah khusus ojir atau dhuwik. Apalagi dalam bahasa tutur, semua mengalir dan menjadi sangat akrab jika dipakai dalam percakapan, jika partner bicara kurang paham, tinggal ditanyakan apa itu ojir, ndewor, awad dan seterusnya.

Pokoknya, Bahasa Malangan adalah bahasa santai, bahasa gaul dan pergaulan serta bahasa komunikatif yang penuh keakraban. Jadi dalam Osob Kiwalan ada yang walikan yang paten seperti idrek (kerja), oker (rokok dll. Tetapi, ada yang terus berkembang seiring dengan munculnya istilah baru, sesuai dinamika dan logika, terutama yang direct, misal: model menjadi ledom, kuliah menjadi hailuk, gizi menjadi izig dan seterusnya. Untuk Bahasa Malang (Osob Ngalam) bisa mempunyai dua kelompok. Pertama, bahasa Jawa Timur yang khas, yang banyak dituturkan oleh orang Malang, bisa saja di daerah lain tidak lazim. Misal: wanyik (dia), ebes (ayah/ibu). Kedua, memakai bahasa khas Malang tetapi daerah lain juga mengenal, misal: yoopo (bagaimana): juga dikenal di Jawa Timur Tengah ke Timur-Utara, sedangkan yang ke arah Barat dan Selatan cenderung memakai kata piye atau pripun. Boso Malang, cenderung memakai akhiran a. Wis ngalup a? budal a? daerah lain ada yang cenderung memakai budal ta, budal yo, budal kah? atau budal yo! budal ya!   

Jadi, bahasa Malangan itu tidak hanya bahasa walikan (Osob Kiwalan), dan cara membaliknya juga tidak semua kata dibalik begitu saja. Tetapi ada caranya. Yang kedua, Bahasa Malangan itu juga mempunyai unsur Bahasa khas Malang, seperti contoh diatas (bukan Boso walikan) tetapi  banyak dituturkan oleh orang Malang seperti: ebes, keplas, ja’it, wanyik, dlll. Ditambah dengan logat yang khas, pemakaian akhiran khas, dan ada ekspresi mengungkapkan dengan kalimat tertentu – yang juga khas.

Dengan selesainya Kamus ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada Walikota Malang, DPRD Kota Malang, Bupati Malang, DPRD Kab. Malang, Wali Kota Batu, DPRD Kota Batu, komunitas MOHE (anak-anak gaul ex. Halokes SMA Kelud), nawak-nawak alumni SMPK1 Jl.Semeru, Aremania dan Ngalamania, dan semua pihak yang telah mendukung sehingga buku ini bisa diterbitkan.

Penulis berharap, kiranya buku ini bisa bermanfaat bagi Kota Malang, warga Malang dan semua pihak yang peduli tentang Bahasa Ngalaman.

Irad ayas
Sinulep,


ADI MOHE   

FAKTA BOSO MALANGAN



A. Fakta tentang Bahasa Malangan

Bahasa Malangan mempunyai dua pilar utama, yaitu Bahasa khas Malang atau Malang People Dialect atau Osob Ngalam. satu pilar lagi adalah BAHASA WALIKAN Malang (kata yang cara mengucapkanya dibalik) atau Osob Kiwalan. Ibarat teh anget, keduanya menyatu – tak terpisahkan antara air hangat dengan teh. Menjadi tanpa batas lagi ketika “diaduk” dalam pemakaian berbahasa, baik dalam bahasa ujar maupun bahasa tulis.

KAMUS BAHASA MALANGAN




KAMUS BAHASA MALANGAN

Pengarang      : Adi Soenarno
Ukuran           : 16,5 cm X 21,5 cm
Halaman         : 512 halaman
Penerbit          : indy
Sampul            : Hard Cover
Status              : Terdaftar dalam Hak Karya Cipta
                           Hak Atas Kekayaan Intelektual
                           Dirjen HAKI
                           Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia
                           Maret 2010     

Isi Buku          :

Cara Memakai KAMUS OSOB NGALAM


a.     Tanda baca

Tanda baca yang dipakai:
-          Koma (,) untuk menyatakan arti kata yang sepadan. Misalnya:  bisa, dapat
-          Titik koma (;) untuk menyatakan arti kata lain. Misalnya:  kencing; bekerja mati-matian
-          Tanda ~  menunjukan kata yang sedang dibahas. Misalnya:
Nomplok = terkena benda ke  tubuh.    
Rejeki ~: mendadak dapat rejeki (maksudnya: rejeki nomplok)           

b.    Keterangan Kata

Beberapa Keterangan dalam singkatan

Contoh Entry: Osob Kiwalan-Bahasa Indonesia

E
WALIKAN                KATA ASAL             BAHASA INDONESIA
Ealebes                     sebelaé                     sebelahnya
Ealos                          soalé                         karena; soalnya
Ebes kanal (kb)                                         ayah
Ebes kodew (kb)                                      ibu
Ébmal (kb)                 lambé                       mulut
Ébmong (kk)             ngombé                    minum   

Contoh Entry: Bahasa Indonesia-Osob Kiwalan


J       
BAHASA INDONESIA       WALIKAN               KATA 
                                                                ASAL/KETERANGAN                

jadi                                        idad                            dadi                           
jadi                                        odis                            sido                           
jadi; menjadi                         hilam                           malih                         
jadian lagi                            nèlab                         balèn                         
jagat                                       mala                           alam
jahat                                       ngerek                        kereng

Tuesday, April 26, 2011

Guyonan Boso Malang (Noyug Jès…. ) OYI WIS...!

OYI WIS!

Wis rong mingu iki Sudrun kadit osi rudit sing kanè. Saben bengi ngimpi tonggoné kodèw sing tahès-komès. Sudrun nggendhengi temenan nang kèra ABG iku. Tapi, masalahé, arek imut sing koyok golèkan Barbie, kadit itreng lèk di taksir. Jeneng asliné Tinuk tapi bekèn diceluk Tinuk Barbie soalé pipiné sulum terus idep é malik.
Rong minggu dhisik Sudrun ngekè’i permen sak plastik, mari omong “nuwus yo Sam” – terus yo uwis acuh manèh, permené malah didum nang kèra licek-licek. Tahu di jak ndhelok biskop, alasané “males sam, peteng nang njeruh gedhung”.  Di cobak nakam bareng, ditukokno karcis Arèma, digawèkno soak gambar ati… sik gak ngempèr.

Sudrun tambah glèbakan, sering ngimpi iso dadi amrin é Tinuk. Opo manèh lek iso ngambung pipiné… wezz rasané ndonya horeg, koyok kenèk lindu 7,6 SR. Soalé gak kenèk di empet manèh, Sudrun nang Buliké Tinuk: takon senengané Tinuk, karo ngepèk atiné pisan cèk osi ndhukung Sudrun. Pas dino minggu, Sudrun osi ngejak Tinuk uklam-uklam nang Pujon tapi karo ngejak Buliké, konconé Tinuk, kida é, pokoké pas sak libom. Cek gak ketoro, adiké Tinuk sing licek di kongkon lungguh ngarep karo Sudrun.

Ndhik Pujon, nang peternakan ipas susu, Sudrun golèk perhatian nang Tinuk, nyedek’i (karepé pingin indehoi), karo nduduhno sapi sapi sing nakam suket.

Sudrun : Nuk… aku kepingin nyampèkno isi atiku, olèh-nggak?

Tinuk   : Oyi Sam.

Sudrun : Ayas pingin koyok sapi lanang iku loh, sing nang tengah lapangan (karo    
              nuding sapi lanang sing ngambung sapi kodèw)

Tinuk   : (ndelok nang tengah lapangan sediluk… terus manthuk)
              Horééé… Oyi wis, agéan Sam, sampèyan ndang nang tengah lapangan – tak
              entèni kéné yo..!

Sudrun : (langsung kuagèt pol, otomé kepyur-kepyur… sirahé kroso munyer koyok
              kèh-kèhan)