Sudah saatnya Bahasa Malangan (osob Kiwalan & osob Ngalam) di dokumentasikan. Sejajar dengan bahasa gaul dan dialek lain, Bahasa Malang pun tidak kalah penting nya dengan semua itu. Bahkan, bahasa Malang merupakan bahasa kebanggan bagi orang Malang, orang yang nunut lahir di Malang, pernah tinggal di Malang atau mempunyai hubungan emosional dengan Malang. Kini, jika seseorang bertemu dengan orang Malang di ibu kota, di luar jawa sampai di luar negeri – mereka akan mengajak Boso Ngalaman, baik kiwalan maupun Osob Ngalam. Hal itu menandakan: pertama, Bahasa malang mulai dikenal di kalangan luas. Kedua, semua strata sosial masyarakat, dari kaum marjinal sampai pembesar di pemerintahan maupun bisnis, menganggap ada ke khasan dari bahasa Malang, sehingga orang ingin menuturkan sesuatu minimal mengucapkannya. Ketiga, sebagai simbul sebuah hubungan dan interaksi yang komunikatif; dengan menggunakan dialek khas dan “begengsi” ini, semua percakapan akan nyambung dan lancar.
Supaya lebih menyajikan bahasa Malangan secarah utuh, maka kamus ini menampilkan bahasa walikan (osob kiwalan) dan Bahasa Malang (osob Ngalam). Keduanya menyatu dan unik dibanding bahasa Jawa lainya – walaupun dasar kata nya tidak terlepas dari ujaran dan bahasa di seputar wilayah Malang. Sebagaimana kata dan bahasa tidak bisa dilepaskan dari keputusan yang arbitrer (sewenang-wenang), disini juga akan terlihat unsur kesewenangan itu terutama dalam bahasa lisan, menyesuaikan dengan dinamika yang terjadi di masyarakat Malang atau yang menjiwai budaya Malang. Sekali lagi, Bahasa Malang mempunyai kekhasan, satu-satunya di dunia: ada prokem ada dialek ada sleng. Yang khas tidak terbantahkan karena sudah mengakar, misalnya ada kata sikim (pisau), naskim (nakam/makan), ojir (uang). Untuk kata UANG tidak lazim untuk langsung membalik kata menjadi ngau (uang), tetapi pakai istilah khusus ojir atau dhuwik. Apalagi dalam bahasa tutur, semua mengalir dan menjadi sangat akrab jika dipakai dalam percakapan, jika partner bicara kurang paham, tinggal ditanyakan apa itu ojir, ndewor, awad dan seterusnya.
Pokoknya, Bahasa Malangan adalah bahasa santai, bahasa gaul dan pergaulan serta bahasa komunikatif yang penuh keakraban. Jadi dalam Osob Kiwalan ada yang walikan yang paten seperti idrek (kerja), oker (rokok dll. Tetapi, ada yang terus berkembang seiring dengan munculnya istilah baru, sesuai dinamika dan logika, terutama yang direct, misal: model menjadi ledom, kuliah menjadi hailuk, gizi menjadi izig dan seterusnya. Untuk Bahasa Malang (Osob Ngalam) bisa mempunyai dua kelompok. Pertama, bahasa Jawa Timur yang khas, yang banyak dituturkan oleh orang Malang, bisa saja di daerah lain tidak lazim. Misal: wanyik (dia), ebes (ayah/ibu). Kedua, memakai bahasa khas Malang tetapi daerah lain juga mengenal, misal: yoopo (bagaimana): juga dikenal di Jawa Timur Tengah ke Timur-Utara, sedangkan yang ke arah Barat dan Selatan cenderung memakai kata piye atau pripun. Boso Malang, cenderung memakai akhiran a. Wis ngalup a? budal a? daerah lain ada yang cenderung memakai budal ta, budal yo, budal kah? atau budal yo! budal ya!
Jadi, bahasa Malangan itu tidak hanya bahasa walikan (Osob Kiwalan), dan cara membaliknya juga tidak semua kata dibalik begitu saja. Tetapi ada caranya. Yang kedua, Bahasa Malangan itu juga mempunyai unsur Bahasa khas Malang, seperti contoh diatas (bukan Boso walikan) tetapi banyak dituturkan oleh orang Malang seperti: ebes, keplas, ja’it, wanyik, dlll. Ditambah dengan logat yang khas, pemakaian akhiran khas, dan ada ekspresi mengungkapkan dengan kalimat tertentu – yang juga khas.
Dengan selesainya Kamus ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada Walikota Malang, DPRD Kota Malang, Bupati Malang, DPRD Kab. Malang, Wali Kota Batu, DPRD Kota Batu, komunitas MOHE (anak-anak gaul ex. Halokes SMA Kelud), nawak-nawak alumni SMPK1 Jl.Semeru, Aremania dan Ngalamania, dan semua pihak yang telah mendukung sehingga buku ini bisa diterbitkan.
Penulis berharap, kiranya buku ini bisa bermanfaat bagi Kota Malang, warga Malang dan semua pihak yang peduli tentang Bahasa Ngalaman.
Irad ayas
Sinulep,
ADI MOHE